Postingan

Meretas Waktu

Menjelang Punah

Gambar
Berhentilah menjadi racun yang siap melumpuhkan segala aktivitasku sebab tanpa kau demikianpun aku tetap akan punah dan kembali pada Kekasihku, seperti dedaunan yang hijau itu, lambat laun ia akan menguning dan menjemput punah. Bukankah kita sudah berdiri atas takdir kita masing-masing? Menjemput mati dengan skenario yang diupayakan raga agar ruh kembali tanpa kebencian. ketika rindu yang pernah diupayakan dan mimpi yang pernah dipondasikan runtuh, hancur bahkan lenyap. Tak ada yang mampu kita salahkan, selain memetik pelajaran dari perjalanan yang singkat dipelataran kehidupan. kita ini sebenarnya apa? Bukankah hanya aktor skenario Tuhan yang tak pernah habis untuk belajar dan memahat perjuangan? Lalu mengapa ada luka ketika kehilangan? Sepertinya aku yang mulai salah, tak perlu khawatir aku yang akan mengalah, mengikhlaskan jarak yang kita bangun atas rasa sadar dan merelakan mimpi yang kita gusur atas dasar kepasrahaan. Sebab sejatinya pertemuan adalah perpisahan.[]

Bimbang (Sebuah narasi untuk sepi)

Gambar
Aku tidak berani Aku takut salah mengambil jalan, aku bimbang pada persimpangan. Akankah ada dirumu yang kubangun dari narasi-narasi panjangku yang tak habisku ceritakan pada malam-malam yang nakal, ataukah mungkin imajiku terlalu liar hingga rindu tak juga kulabuhkan pada sang tuan. Mengertilah naluriku, menulis adalah darahku, janganlah kau paksakan jamak menjadi tunggal, mengertilah bahwa tak  ada arti apa-apa tanpa kata, adakah yang mampu terungkap tanpa mengungkap?

Aku Ingin Menjadi

Gambar
Aku ingin menjadi angin itu, yang menyita peluhmu menjadi hawa dingin Aku ingin menjadi air itu, yang menyita hausmu menjadi ketenangan Aku ingin menjadi tanah itu, yang menyita langkahmu menuju ketertujuan  Aku ingin menjadi pepohonan itu, yang menyita lelahmu menjadi sandaran Aku ingin menjadi puncak itu, aroma dingin yang selalu kau rindukan Aku ingin menjadi danau itu, pusat rehat yang selalu kau dambakan Aku ingin menjadi semesta itu, yang menitik sendu atas tangismu, tersenyum lega atas tawamu Aku ingin menjadi lirih sepi hatimu, yang selalu memeluk dalam sepimu Aku ingin menjadi rumah bagimu, yang akan selalu menerimamu sejauh manapun kau meninggalkanku, sesering apapun kau melupakanku,  sedalam apapun kau mengecewakanku.  Aku ingin menjadi rumahmu yang akan senantiasa menyeka tangismu.  Akulah rindu-rindu malam itu, yang senantiasa mengetuk jendela kamarmu.[]

Kasih di Negeri Mimpi

Gambar
Cintaku Inginku ucapkan sepenggal rindu yang tak akan pernah sanggupku utarakan Inginku bersandar dibahu kokohmu yang tak akan pernah bisa kuraih Terlalu deras cinta menghujani batinku Hingga aku lupa bahwa kita berbeda Aku menikmati indahnya semesta yang sering kali kau agungkan Mencintai malam dan langit yang membawa rindu kita bersautan Aku menikmati malam-malam panjang saat lonceng rindu tak membuatmu terkejut Cintaku di negeri mimpi... Hujan adalah kecintaanmu Alam adalah kerabatmu Maka biar rinduku luruh menjadi debu yang hanya mampu turut dalam jejakmu Meski jelas tak kau butuhkan.[]

Belum Ada Judul

Gambar
Apa yang mampu hati sampaikan selain kepasrahan Ini tahun ketiga ragaku menjabat sebagai mahasiswa tapi sampai disini belum ku temukan esensi mahasiswa. Waktu terlalu bengis menertawakan luka Semua tawa dan tangis, kusimpan sepenuhnya sebagai cerita yang akanku riview pada anak-anakku kelak bahwa ibunya pernah menjadi korban waktu Deret cerita jelas tak dapat ku paparkan satu persatu langkahku sudah mulai menua di kampus banyak hal yang sebenarnya ingin ku sampaikan tapi ingatanku terlalu malas untuk mengutak-atik penggalan perjalanan dari waktu ke waktu Aku tak lagi tersiksa oleh rindu sebabku biarkan ia menghujamku dengan belatinya tanpa perlawanan dengan begitu mungkin dia bisa lelah Hatiku terbiasa sepi dan menyendiri hanya bisa menikmati edelwis dibalik coretan para pejalan dan ini yang membuatku sadar betapa pendeknya langkahku selama ini Seperti mahasiswa pada umumnya, aku mulai mengayun langkah pada penyetoran judul penelitian. Ahhh aku ingin tertawa saja lucu ras

Elegi Hujan

Gambar
Rindu pernah selebat hujan yang menitik setajam jarum bagi jarak diantara kita Semestapun turut menari kala itu, aku benar-benar merindu Kucari titik-titik bayangmu dalam majalah, koran dan horizon Kudapati kita didalamnya menjelma artikel pejalan Jejakmu tak mungkin hilang ditanah yang pernah kita pijaki dengan rindu Bukankah pernah kau katakan bahwa tak ada yang lain selain aku dan Tuhan, sayangku?! Tak kulupa itu sedikitpun meski mungkin telah hilang tentang kita dalam ingatanmu Kujejal rindu kala ini seperti tumpukan kain serbet kotor dalam tong sampah Berharap kubakar suatu masa kelak Setiap elegi ini adalah suratan kenangan yang menari dihari hujan seperti deburan ombak yang membawa kabar, turut mencumbui bibir pantai kala ia bergejolak Adakah doa diantara rindu yang menjelma dari benih-benih pilu yang terlahir dari rahim cinta? Atau mungkin kita benar-benar telah usang untukmu, lelakiku?!

Cinta Tak Sekedar Rindu dan Temu

Gambar
Pukul 22.50 WITA Masih terbilang sore bagi kita yang sering menjemput kokokan ayam jantan Hujan menyisakan jejak lagi sayang Cukup membuatku sadar beberapa kabar mulai meredam Sesungguhnya gadismu sangat merindu tapi katamu cinta bukan hanya sekedar rindu dan temu Ku tikam rinduku sayang, mungkin kau bisa melihat darahnya yang mengguyur deras raguku Aku tahu siapa kesayanganku ini Aku tahu kau adalah semesta yang sering mendekapku dalam dingin Terlalu mudah bila ku hanya mengikatmu dengan ikatan bernama cinta Itulah sebabnya aku memilihmu, sebab dimanapun aku bisa merasakan hadirmu Di jalan-jalan Di hutan Di gegunungan Di lelautan Pada hujan yang sederas pelurupun kurasakan jua candamu Di awan, bulan dan pepohonan semua adalah kamu Semua adalah kamu sayangku Sebab itulah kita Semesta menjawab sabda-sabda rindu melalui seluruh elemennya Apa kau juga rindu denganku? Jangan risau kasihku, sebab rinduku jauh lebih rakus dari rindumu Setiap hembusan angin adalah