Menjelang Punah



Berhentilah menjadi racun yang siap melumpuhkan segala aktivitasku sebab tanpa kau demikianpun aku tetap akan punah dan kembali pada Kekasihku, seperti dedaunan yang hijau itu, lambat laun ia akan menguning dan menjemput punah.
Bukankah kita sudah berdiri atas takdir kita masing-masing? Menjemput mati dengan skenario yang diupayakan raga agar ruh kembali tanpa kebencian.
ketika rindu yang pernah diupayakan dan mimpi yang pernah dipondasikan runtuh, hancur bahkan lenyap. Tak ada yang mampu kita salahkan, selain memetik pelajaran dari perjalanan yang singkat dipelataran kehidupan.
kita ini sebenarnya apa? Bukankah hanya aktor skenario Tuhan yang tak pernah habis untuk belajar dan memahat perjuangan?
Lalu mengapa ada luka ketika kehilangan?
Sepertinya aku yang mulai salah, tak perlu khawatir aku yang akan mengalah, mengikhlaskan jarak yang kita bangun atas rasa sadar dan merelakan mimpi yang kita gusur atas dasar kepasrahaan. Sebab sejatinya pertemuan adalah perpisahan.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabatku Nofitri

Perjanjian Buta Aksara