Menangislah sayang, jangan kau ragu menumpahkan pilumu, benar semua tak terselesaikan oleh air mata tapi tahu kah engkau? Itu lebih baik daripada mengumpat dan menyalahkan takdir. Aku tak tahu persis lukamu dan tak mampu membalutnya, namun menangislah ku sediakan pundakku untuk sedihmu, ku siapkan tissu untuk menyeka air matamu. Saudariku Nofitri, Allah tak pernah pilih kasih Dia tahu bagaimana kita dan apa yang baik untuk kita. Sabarlah,, sungguh tak akan lari aku dan semua yang kau miliki saat ini. Semangat dan optimislah, kami adalah saudaramu.
Oleh : Said Mohammad Aku teguk perlahan Anggur merah kerinduan Berkali-kali aku teler Di tubuhmu aku menari Seperti tarian Filsuf yang mabuk di Firdausi Nuzula.[]
Terlukis rasa dalam sendi-sendi peristiwa Kau menari dalam jemariku Bagai camar nakal yang menyeruput air di lautan begitu luasnya Surat menyurat terlampir bagai sebuah perjanjian pada hati dan rindu Akankah usia meletakkan sebilah waktu untuk kita!? Mendaras senja dalam hamparan pembenaran dialog bertutur kata Tabu dan sunyi tepatnya bila menatap masing masing dari kita Insan yang menetas dan mengerami suara-suara pilu Sang waktu seringkali congak mempermainkan penantian menjenuhkan Dia berlenggak lenggok menyindir pengharapan yang terlumat usia Di masa yang tak sekedar masa muda ini Ku ingin tak ada yang ambigu dan tampak absur Jika benar ia rindu, letakkanlah pengakuan pada pemilik hati Andai kata ia ombak dan badai biarlah ia menampar terumbu karang di laut luas Agar puas hati menata.[]
Komentar
Posting Komentar